Minggu, 16 November 2008

TEORI PENEGUHAN IMITASI

Teori Peneguhan Imitasi (Reinforcement Imitation Theory)

Miller dan Dollard (1941) memerinci kerangka teori tentang instrumental conditioning dan mengemukakan ada tiga kelas utama perilaku yang sering diberi label ‘imitasi’, yaitu :
1) Same behaviour, yakni dua individu memberi respons masing-masing secara independent, tapi dalam cara yang sama, terhadap stimuli lingkungan yang sama. Sebagai hasilnya sekalipun tindakan mereka itu sepenuhnya terpisah satu sama lain tetapi bisa tampak seakan-akan yang satu meniru yang lainnya. Contoh : orang yang sama-sama naik bus, duduk di tempat yang sama, membayar ongkos yang sama, dan mungkin juga turun di tempat yang sama.
2) Copying, yakni seorang individu berusaha mencocokan prilakunya sedekat mungkin dengan perilaku orang lain. Jadi ia haruslah mampu untuk memberi respons terhadap syarat atau tanda-tanda kesamaan atau perbedaan antara perilakunya sendiri dengan penampilan orang yang menjadi model. Contoh : seorang musisi yang berusaha menyamakan diri dengan pengajarnya.
3) Matched-dependent behavior. Seorang individu (pengamat atau pengikut) belajar untuk menyamai tindakan orang lain (model atau si pemimpin) karena ia mendapat imbalan dari perilaku tiruannya itu. Jadi dalam matched-dependent behavior, si pengikut mempunyai kecenderumgan kuat untuk meniru tindakan si model melalui proses instrumental conditioning.
Bandura (1969) mengidentifikasikan efek-efek yang ditimbulkan oleh eksposure terhadap perilaku dan hasil perbuatan (outcomes) orang lain, adalah :
1) Inhibitory and Disinhibitory Effects (Efek malu dan tidak memalukan)
Efek inhibitory merupakan efek yang dikerjakan orang lain yang menyebabkan perilaku tertentu menjadi malu atau menahan diri untuk melakukan atau mengulangi perbuatan yang sama. Sedangkan efek disinhibitory merupakan efek yang menyebabkan orang lain tidak malu untuk melakukan perbuatan yang dilihatnya.
2) Response facilitating effects. Bahwa kesempatan untuk melihat (eksposure) kepada tindakan orang lain dapat berfungsi memudahkan (facilitate) penampilan bermacam perilaku yang menurut biasanya tidak dilarang.
3) Observational Leraning. Bila seseorang yang melihat (observer) dikenai (exposured) perilaku dari suatu model sosial, maka dapat terjadi efek ini. Dalam arti yang lebih spesifik, observer tadi dapat memperoleh bentuk perilaku baru semata-mata dengan melihat atau mengamati tindakan model tanpa secara terbuka menunjukan respons di hadapan model yang ditirunya.
Observational learning ditentukan oleh empat proses pengamatan (observasional) yang khas tapi saling berkaitan, yaitu :
1. Attention
2. Retention
3. Motoric Reproduction
4. Faktor Insentif atau motivasional
Tingkat perhatian seorang observer dipengaruhi oleh faktor-faktor :
A. Karakteristik model yang bersangkutan, seperti :
- Daya Tarik (attractiveness)
- Kompetensi (competence)
- Status
- Kekuasaan Sosial (Social Power)
B. Karakteristik si observer sendiri, seperti
- Self Esteem
- Status sosioekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar