Minggu, 16 November 2008

TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL

Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)

Banyak hal dalam kehidupan yang diperoleh dari berinteraksi sosial di tengah masyarakat. Seseorang yang awam tentang komputer menjadi ahli dalam merakit komputer karena semasa kuliah ia berada satu kost dengan ahli-ahli komputer. Umumnya, orang membiarkan diri atau sengaja berbuat sesuatu bila hal itu dirasakan dapat menghasilkan suatu imbalan (reward) bagi dirinya. Pengertian imbalan disini tidak semata-mata berarti materi. Imbalan yang bukan berbentuk selain materi pun, seperti rasa puas, rasa senang, dan lain-lain, membuat orang berminat untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan termasuk proses belajar untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dengan demikian orang sebenarnya menjalani apa yang disebut belajar melalui proses sosial (social learning).
Michael (1971) menjelaskan bahwa teori perilaku memberi peran yang penting bagi penegasan (reinforcement) dan imbalan (reward) dalam belajar. Pentingnya peran tersebut dapat dipahami karena dua alasan, yaitu:
• Reinforcement dan perangsang (insentif) telah ditunjukan berulang sebagai pengaruh yang kuat dalam belajar dan dalam pilihan perilaku pada banyak situasi. Contoh : Para ekonom sudah lama mengakui bahwa keuntungan merupakan faktor penentu penting bagi keputusan-keputusan bisnis dan financial
• Pada umumnya penelitian tentang belajar lebih banyak mengkaji hewan daripada mengkaji manusia. Dan hewan dianggap memiliki dorongan yang bersifat langsung atas direct reinforcement dan dipandang sebagai suatu mekanisme balajar yang utama.
Social Learning melalui observasi. Perkembangan teoritis yang lain menekankan social learning melalui pengamatan (observasi). Observational Learning menunjuk kepada proses belajar tanpa imbalan atau tekanan langsung. Orang belajar dengan mengamati orang lain dan kejadian dan tidak semata-mata dari konsekuensi langsung dari apa yang mereka perbuat sendiri. Apa yang kita ketahui dan bagaimana kita berperilaku tergantung pada apa yang kita lihat dan kita dengar, dan bukan Cuma pada apa yabg kita dapatkan. Melalui observasi, orang belajar mengenai lingkungan dan perilaku orang lain. Si pengamat dapat mempelajari respons yang sepenuhnya baru, hanya dengan mengamati perilaku baru yang diperlihatkan oleh pihak lain. Perolehan pola respons yang sepenuhnya baru itu melalui proses-proses observasional secara khusus dibuktikan dalam belajar bahasa.
Kompleksitas Social Learning. Teori-teori perilaku sosial yang paling kontemporer mengakui bahwa orang dapat membangkitkan pola-pola perilaku dalam cara-cara yang kompleks. Mereka tidak begitu saja dan secara otomatis memberikan respons seperti apa yang telah dikondisikan dalam kaitan dengan stimuli yang diberikan. Juga disepakati bahwa bagaimana seseorang individu menafsirkan dan mempersepsikan rangsangan dari dalam dirinya dan dari luar mempengaruhi bagaimana ia akhirnya bereaksi kepada rangsangan-rangsangan tersebut.
Tidak seorang pun individu yang melakukan seluruh hal yang telah dipelajarinya dan yang dapat dilakukannya. Jelas terdapat perbedaan antara apa yang telah dipelajari atau diketahui seseorang dengan apa yang sesungguhnyadilakukan pada situasi tertentu. Misalnya, kebanyakan orang dewasa tahu cara berkelahi, tapi tidak semua memiliki keterampilan yang sama dalam berkelahi. Terdapat perbedaan yang besar antara apa yang sanggup dilakukan seseorang dalam situasi tertentu dan apa yang sesungguhnya dilakukannya. Karena itu ada gunanya untuk membedakan antara learning atau perolehan perilaku dan pelaksanaanya.
Learning atau perolehan respons-respons yang baru diatur oleh proses-proses panca indera dan pengetahuan. Perolehan itu dapat dimudahkan dengan adanya insentif dan pengokohan tetapi tidak bergantung secara keseluruhan. Jadi apa yang dapat dilakukan oleh seseorang tergantung pada apa yang diketahuinya dan pada keterampilan, informasi, peraturan dan pola-pola respons yang dipelajarinya atau diperolehnya. Perilaku yang dipelajari ini mungkin diperoleh melalui proses-proses observasi dan kognitif dan bukan cuma melalui pengkondisian dan reinforcement langsung. Seseorang mungkin tidak melakukan perilaku tertentu karena ia tidak pernah mempelajari sebelumnya. Pada pihak lain, pola respons mungkin tersedia baginya, tapi tidak dikarenakan oleh kondisi-kondisi stimulus dan tekanan tertentu.
Efek mengamati hasil perilaku orang lain. Ketika seseorang mengamati bahwa orang lain (model) mendapatkan konsekuensi yang positif untuk suatu pola respons, ia cenderung untuk berbuat lebih siap dengan cara-cara yang sama. Misalnya bila seorang anak melihat anak lain menerima dorongan dan pujian untuk suatu keagresifan dalam suatu permainan, maka kecenderungannya sendiri untuk bertindak agresif pada situasi yang sama akan meningkat. Sebaliknya ketika model sosial dihukum untuk perilaku mereka, yang melihatnya cenderung menjadi lebih malu untuk mempertunjukan perilaku yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar